Surabaya – Tim penelitian yang terdiri dari empat dosen Teknik Biomedis dan Fisika Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga (FST UNAIR) berhasil menemukan alat eksoskeleton rehabilitasi medik untuk pasien stroke. Tim yang dipimpin oleh Dr. Riries Rulaningtyas, S.T., M.T., dan beranggotakan Akif Rahmatillah, S.T, M.T., Osmalina Nur Rahma, S.T, M.Si., dan Alfian Pramudita, S.T., M.Sc. ini bekerja sama dengan Rumah Sakit Dr. Soetomo dalam mengerjakan inovasi tersebut. Alat ini berfungsi untuk melatih anggota gerak atas yang kehilangan fungsi karena serangan stroke.
“Eksoskeleton itu berbasis robotik dan kita mencoba untuk mengaplikasikan pada medis, terutama pada rehab medik,” jelas Dr. Riries. Tim penelitian Departemen Fisika FST UNAIR ini memilih untuk menciptakan alat rehabilitasi lengan karena anggota gerak inilah yang paling banyak mengalami disfungsi akibat stroke.
Untuk menggunakan, alat ini dipasang pada anggota gerak atas atau lengan yang disfungsi dan digerakkan oleh lengan sehat yang dipasangkan elektroda dengan sensor EMG yang berfungsi sebagai penggerak motorik. Alat ini bekerja dengan sensor EMG (elektromiografi) yang menilai fungsi saraf serta otot. Otot skeletal memproduksi aktivitas listrik yang kemudian direkam oleh sensor EMG. Aktivitas listrik inilah yang digunakan sensor untuk mengevaluasi fungsi saraf dan otot lengan.
Slaah satu alasan inovasi ini dibuat adalah untuk mempermudah proses rehabilitas medik pasien stroke. Alat ini dapat menghemat waktu dan biaya rehabilitasi di rumah sakit. Saat ini, alat rehabilitasi medik buatan Dr. Riries dan tim telah memiliki generasi kedua yang merupakan versi otomatis dari alat generasi pertama.
Alat generasi kedua dapat mengetahui besar sudut dan kecepatan anggota gerak atas yang disfungsi karena adanya sensor tambahan sudut. Alat generasi baru ini pun dapat menyimpan dan menampilkan data keadaan lengan sebelum dan sesudah dilatih menggunakan alat ini.
“Hak patennya tinggal menunggu uji substansi saja. Jika sudah, kita bisa kerja sama dengan perusahaan besar,“ andas ketua tim penelitian Teknik Biomedik FST UNAIR tersebut ketika ditanya mengenai hak paten. Alat ini akan diuji coba langsung oleh pasien di Rumah Sakit Universitas Airlangga (RSUA) dan dijual kepada masyarakat umum.
Penulis: Dida S. N. Hilman
Artikel Terkait:
UNAIR Ciptakan Pemindai Kanker Serviks Bersama UGM, IPB, dan ITB
Guru Besar Biokimia Presentasikan Penelitiannya di Jerman
Dosen FST UNAIR Menjadi Pembicara di Konferensi Internasional