{:id}
UNAIR NEWS – Mahasiswa Program Studi Teknik Biomedis Universitas Airlangga (UNAIR) berinovasi menciptakan eksoskeleton sebagai alat bantu bagi penderita Brachialis Plexus Injury (BPI) atau cedera pleksus brakhialis. Ialah Aisyah Widayani (2015), Septian Indra Wicaksana (2015), Muwaffaq I’zaz Al-Amin(2015), Nuzula Dwi Fajriaty (2016), dan Muhammad Thoriqul Aziz Endryantoro (2017) yang berinovasi menuangkan ide tersebut dalam proposal PKM berjudul “ULAT (Upper Limb Assistive Device): Eksoskeleton Berbasis Pengenalan Suara Untuk Cedera Pleksus Brakhialis RSUD DR. Soetomo Surabaya”.
Mengenai ide yang digagas bersama tersebut, Aisyah selaku ketua tim mengatakan bahwa BPI merupakan salah satu cedera saraf perifer yang menyebabkan kelumpuhan ekstrimitas atas akibat putusnya konektivitas antara saraf dengan sistem motorik lengan.
“Narakas dengan aturan tujuh puluhnya, menyatakan bahwa 70% BPI terjadi karena kecelakaan lalu lintas,” jelasnya.
Lebih lanjut, Aisyah mengatakan bahwa RSUD Dr. Soetomo sebagai salah satu Rumah Sakit Pusat Rujukan utama di Jawa Timur yang melayani pasien BPI, menyebutkan terdapat 143 pasien BPI pada bulan Januari 2016-Mei 2017 dengan rata-rata 8 kasus tiap bulannya. Selama ini, lanjutnya, penanganan yang dapat dilakukan yaitu berupa operasi saraf dengan resiko biaya yang relatif tinggi dan penawaran lainnya dengan melakukan latihan gerakan sehari-hari atau Activity of Daily Living (ADL) menggunakan eksoskeleton.
“Akan tetapi, eksoskeleton yang diterapkan menggunakan teknik body motion dan menggunakan sistem eletrik yang terintegrasi,” imbuhnya.
Hal tersebut, lanjutnya, dapat mempengaruhi waktu latihan ADL dikarenakan adaptasi pasien terhadap teknik inibergantung keterampilan tiap individu. Begitupula dengan sistem elektrik yang masih berpotensi terjadinya arus pendek yang dapat mengganggu proses latihan ADL penderita BPI.
“Itulah alasan kami untuk meningkatkan fasilitas layanan RSUD Dr. Soetomo khususnya Instalasi Rehabilitasi Medik Tim Program Kreativitas Mahasiswa Penerapan Teknologi (PKM-T),” tandasnya.
Pada akhir, Aisyah juga menjelaskan bahwa karya yang berbasis pengenalan suara itu dilengkapi dengan Artificial Intellegence (AI)atau kecerdasan buatan danekstraksi ciri untuk mengenali karakteristik suara individu. Melihat kondisi penderita BPI yang terus meningkat, jelasnya, membutuhkan efisiensi waktu dalam proses latihan ADL.
“Sehingga, dengan adanya ULAT ini RSUD Dr. Soetomo khususnya Instalasi Rehabilitasi Medik yang menangani penderita BPI diharapkan mampu meningkatkan kualitas pelayanan serta meningkatkan kualitas hidup masyrakat Indonesia secara keseluruhan,” pungkasnya.
Penulis: TIM PKM-T ULAT
Editor: Nuri Hermawan
Sumber: UNAIR News
{:}{:en}
UNAIR NEWS – Students of Biomedical Engineering Program Universitas Airlangga (UNAIR) created an exoskeleton as a tool for the patient of Brachialis Plexus Injury (BPI) or brachial plexus injury. The team are Aisyah Widayani (2015), Septian Indra Wicaksana (2015), Muwaffaq I’zaz Al-Amin (2015), Nuzula Dwi Fajriaty (2016), and Muhammad Thoriqul Aziz Endryantoro (2017) with the theme of PKM proposal entitled ” Upper Limb Assistive Device: Exoskeleton Based on Voice Recognition for Brachial Plexus Injury RSUD DR. Soetomo Surabaya “.
Moreover, Aisyah as the team leader said that BPI is one of the peripheral nerve injuries that causes upper extremity paralysis due to the breakdown of connectivity between nerves and the motor system of the arm. “Narakas, with its seventy rule, states that 70% of BPI occur because of traffic accidents,” he explained.
Furthermore, Aisyah said that Dr. Soetomo as one of the central Referral Center Hospitals in East Java that serves BPI patients said there were 143 BPI patients in January 2016-May 2017 with an average of 8 cases each month. During this time, he continued, the handling that could be done in the form of neurosurgery with a relatively high risk of costs and other offers by doing daily movement exercises or Activity of Daily Living (ADL) using an exoskeleton.
“However, the exoskeleton is applied using body motion techniques and using an integrated electrical system,” he added.
Furthermore, it can affect ADL training time because the patient’s adaptation to this technique depends on each’s skills. Likewise, with an electrical system that still has the potential for a short circuit to interfere with the ADL process of BPI sufferers.
“That is our reason for improving the service facilities of Dr. RSUD Soetomo, specifically for Medical Rehabilitation Installation Team of Student Creativity Program for Application of Technology (PKM-T), “he said.
In the end, Aisyah also explained that works based on voice recognition were complemented by Artificial Intelligence (AI) and feature extraction to recognize individual sound characteristics. Seeing the condition of BPI sufferers that continues to increase, it requires time efficiency in ADL training process.
“Hopefully, it can improve the quality of services and the life of Indonesian people, “he concluded.
Author: PKM-T ULAT TEAM
Editor: Nuri Hermawan
Source: UNAIR News
{:}