Pengukuhan Guru Besar: Dosen Teknik Biomedis UNAIR Angkat Solusi Krisis Donor Organ dengan Biomaterial

Universitas Airlangga (UNAIR) kembali menambah deretan guru besarnya dengan mengukuhkan Prof. Dr. Prihartini Widiyanti, drg., M.Kes., S.Bio., Dosen Departemen Fisika Fakultas Sains dan Teknologi (FST), sebagai guru besar di bidang Ilmu Biomaterial Rekayasa Jaringan Lunak. Acara pengukuhan tersebut dilaksanakan pada Kamis, 8 Mei 2025, di Aula Garuda Mukti, Kampus MERR-C UNAIR.
Dalam pidato ilmiahnya, Prof. Prihartini Widiyanti menyoroti krisis kesehatan global yang terjadi saat ini, di mana ribuan pasien luka bakar, patah tulang, hingga gagal organ harus menghadapi kenyataan sulitnya mendapatkan donor. Ia menyampaikan bahwa inilah momen yang tepat bagi teknologi biomaterial untuk mengambil peran kunci. “Setiap hari, sekitar 19 orang kehilangan nyawa karena tidak mendapatkan donor organ. Teknologi rekayasa jaringan hadir sebagai solusi dan harapan bagi mereka,” tuturnya.
Ilmu rekayasa jaringan (tissue engineering) diyakini mampu menjadi solusi atas keterbatasan donor organ. Cabang ilmu ini menggabungkan pengetahuan biologi, medis, dan rekayasa untuk memperbaiki atau mengganti jaringan tubuh yang rusak, seperti kulit, tulang, bahkan organ vital. Teknologi ini memanfaatkan bahan khusus yang disebut biomaterial, yang dirancang menyerupai struktur jaringan tubuh alami. Rekayasa jaringan telah diterapkan dalam pembuatan tulang rawan, rekonstruksi kulit menggunakan jaringan bioaktif, serta pengembangan organ buatan berbasis sel. “Teknologi ini berpotensi membantu regenerasi jaringan tubuh dan memberikan solusi jangka panjang, dengan tingkat penolakan yang lebih rendah jika menggunakan sel dari pasien itu sendiri,” jelas Prof. Prihartini.
Melalui Kelompok Studi Tissue Engineering and Artificial Organ di UNAIR, Prof. Prihartini Widiyanti dan timnya telah melahirkan berbagai inovasi medis. Beberapa di antaranya adalah pembuluh darah buatan (vascular graft), selaput otak sintetis, serta kornea dan telinga buatan. Berbagai produk ini dikembangkan tidak hanya untuk menyelamatkan nyawa, tetapi juga untuk mengurangi ketergantungan pada produk impor. “Inovasi ini bukan hanya hasil eksperimen, tetapi merupakan bukti bahwa bangsa kita mampu berdiri mandiri di bidang medis,” tegasnya. Beberapa karya lainnya termasuk spons penghenti perdarahan berbahan dasar kitosan, saluran saraf buatan dari poliuretan dan kolagen, hingga telinga sintetis berbahan silikon yang aman dan tidak menimbulkan alergi.
Lebih dari sekadar riset, Prof. Prihartini menekankan pentingnya kesinambungan penelitian dan proses hilirisasi agar produk biomaterial ini dapat diakses luas oleh masyarakat. Ia juga menargetkan agar UNAIR menjadi pusat unggulan dalam pengembangan rekayasa jaringan dan organ buatan di kawasan Asia Tenggara. “Dengan riset yang berkesinambungan, kerja sama lintas disiplin, serta dukungan dari kebijakan nasional, saya yakin Indonesia mampu mengurangi ketergantungan terhadap impor dan menempatkan diri dalam peta ilmu pengetahuan global,” ujarnya penuh keyakinan.