Mendaftar beasiswa untuk melanjutkan studi ke luar negeri adalah mimpi banyak orang, tidak terkecuali saya. Mimpi ini dipupuk sejak tamat membaca buku pertama trilogi Negeri Lima Menara karya Ahmad Fuadi, di mana para santri diajarkan untuk bisa bermimpi besar selepas keluar pondok.

Sejak menjadi mahasiswa baru saya sudah mencari informasi tentang pertukaran ke luar negeri, baik melalui Airlangga Global Engagement, maupun sumber di internet seperti Scholarship corner. Tentu saja persiapan bahasa juga saya lakukan seperti rutin menonton dan membaca konten berbahasa Inggris. Keberuntungan adalah bertemunya persiapan dan kesempatan, IISMA (Indonesian International Student Mobility Awards) menjadi salah satu peluang yang banyak diincar karena memberikan kesempatan untuk belajar di universitas ternama di luar negeri selama satu semester. IISMA adalah langkah besar yang ingin saya ambil sejak lama, dan atas izin Allah Swt. saya diberi amanah untuk belajar di Negeri Formosa, atau yang dikenal sebagai Taiwan.

Bagi banyak orang biasa seperti saya, pergi ke luar negeri bukanlah sesuatu yang mudah. Terlebih lagi jika harus mengandalkan beasiswa, yang menuntut kita untuk menjadi lebih unggul, lebih pintar, dan memiliki kelebihan yang bisa diunggulkan dibandingkan dengan pelamar lainnya. Saya menyadari bahwa saya bukanlah mahasiswa yang berprestasi luar biasa, tidak pernah ikut lomba, IPK saya pun biasa saja, sehingga saya harus memutar otak bagaimana cara menjadi berbeda dari ribuan pendaftar lainnya di mata reviewer.

Pengalaman saya mendaftar IISMA memaksa saya untuk keluar dari zona nyaman. Saya banyak bertanya dan meminta bimbingan kepada alumni IISMA yang saya temui di Twitter. Saya beruntung bertemu beberapa dari mereka yang sangat terbuka dan mau berbagi pengalaman serta tips, terutama dalam menulis esai. Ketika saya tidak memiliki banyak prestasi yang bisa saya tulis, saya harus belajar untuk menulis secara runtut proses dari pencapaian biasa saja saya miliki dan apa yang saya dapatkan. Metode STAR (situation, task, action, and result) menjadi metode andalan yang disarankan berbagai alumni–termasuk yang saya sarankan bagi teman-teman dalam menuliskan esai serta menjawab pertanyaan wawancara baik untuk beasiswa maupun kegiatan lainnya.  

Proses pendaftaran IISMA bukanlah sesuatu yang mudah. Ketika pendaftaran berlangsung, saya sedang menjalani Praktik Kerja Lapangan (PKL) yang mengharuskan saya belajar untuk menghadapi IELTS sepulang PKL, menuliskan draft esai saat otak buntu ditengah bekerja, hingga bolak-balik Krian-Surabaya untuk mengikuti IELTS. Tidak sampai di sana, saya harus belajar bangkit dari keterpurukan dan menerima dengan lapang dada hasil IELTS yang bernilai rata-rata, menyusun ulang strategi dalam memilih universitas, berlatih berbahasa Inggris lanjutan, hingga persiapan wawancara yang singkat. Perlu ditekankan, biaya yang keluar tidaklah sedikit, mulai dari dokumen SKCK dan SKBN sampai IELTS. Saya telah melihat alumni yang menabung dan bekerja demi mempersiapkan pendaftaran IISMA. Persiapan biaya setelah diterima pun juga tidak sedikit, namun itu menjadi cerita di lain hari.

IISMA memberi pelajaran berharga bagi saya. Pertama, tekad yang kuat dan tujuan yang jelas. Meskipun nol prestasi dan IPK biasa saja, saya bisa mendapatkan beasiswa ini karena saya tahu apa yang ingin saya capai dan bersedia bekerja keras untuk itu. Kedua, pentingnya jaringan dan belajar dari orang lain. Saya tidak akan bisa mencapai ini tanpa bantuan dari teman-teman dan alumni yang dengan sukarela meluangkan waktu mereka untuk membantu saya. Jangan pernah takut untuk mendekati orang lain atau merasa minder karena kita tidak mengenal mereka. Selalu ada pelajaran yang bisa dipetik dari pengalaman orang lain, dan ini bisa menjadi bekal berharga untuk langkah kita selanjutnya.Terakhir, jangan pernah menyerah meskipun jalannya terasa sulit dan penuh rintangan.  Persiapan yang lama dan menghadapi kegagalan bukan hal yang mudah, tetapi semua itu sepadan dengan hasil yang saya peroleh. Percaya kepada proses. Keberhasilan ini mengajarkan saya bahwa kerja keras dan dedikasi selalu membawa hasil yang positif.

Pengalaman mendaftar IISMA ini bukan hanya tentang meraih beasiswa, tetapi juga tentang proses belajar dan pertumbuhan pribadi yang saya alami. Saya belajar untuk lebih percaya pada diri sendiri, berani menghadapi tantangan, dan menghargai setiap bantuan yang saya terima. Semua ini adalah pelajaran berharga yang tidak hanya membantu saya dalam perjalanan akademis, tetapi juga dalam kehidupan secara keseluruhan.

Untuk siapapun yang membaca ini dan memiliki mimpi yang sama, jangan pernah ragu untuk mencoba. Ketahuilah bahwa setiap usaha yang dilakukan dengan sungguh-sungguh pasti akan memberikan hasil yang terbaik. Ketuk saja DM Instagram saya bila ingin bertanya lebih jauh di @____naynae.